LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI “RESPIRASI SERANGGA”



I.            WAKTU DAN TEMPAT

Hari Rabu, 19 Februari 2014 di Laboratorium Biologi Madrasah Aliyah Negeri Selong.

II.         TUJUAN

1.      Mengetahui kecepatan respirasi pada serangga.
2.      Mengetahui pengaruh berat serangga terhadap laju reaksi respirasi.

III.      LANDASAN TEORI

Laju metabolisme adalah jumlah total energi yang diproduksi dan dipakai oleh tubuh per satuan waktu . Laju metabolisme berkaitan erat dengan respirasi karena respirasi merupakan proses
ekstraksi energi dari molekul makanan yang bergantung pada adanya oksigen . Secara sederhana, reaksi kimia yang terjadi dalam respirasi dapat dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6 + 6O2 → 6 CO2 + 6H2O + ATP
Laju metabolisme biasanya diperkirakan dengan mengukur banyaknya oksigen yang dikonsumsi makhluk hidup per satuan waktu. Hal ini memungkinkan karena oksidasi dari bahan makanan memerlukan oksigen (dalam jumlah yang diketahui) untuk menghasilkan energi yang dapat diketahui jumlahnya. Akan tetapi, laju metabolisme biasanya cukup diekspresikan dalam bentuk laju konsumsi oksigen.
Beberapa faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen antara lain temperatur, spesies hewan, ukuran badan, dan aktivitas . Respirasi merupakan proses penghasil energi di dalam tubuh makhluk hidup. Selain dihasilkan energi dihasilkan juga karbon dioksida yang harus dikeluarkan dari tubuh. Proses respirasi meliputi 4 bagian yaitu:
  1. Keluar masuknya udara antara dua organ pernapasan (alveole paru-paru) yang disebut ventilasi polmonum.
  2. Difusi O2 dan CO2 antara udara dan alveole dan dalam darah.
  3. Transport O2 dan CO2 dalam darah / cairan tubuh ke dan dari sel.
  4. Pengaturan ventilasi dan segi-segi respirasi lainnya.
Dari keempat proses di atas dibedakan menjadi:
  1. Respirasi eksternal: meliputi pertukaran O2 dan CO2 yang terjadi di paru-paru antara alveole dan kapiler darah.
  2. Respirasi internal: meliputi pertukaran gas (O2 dan CO2) yang terjadi di tenunan: semua proses pertukaran gas antara sel dengan cairan sel disekelilingnya.
Pada manusia bila bernapas mengeluarkan nafas, secara maksimal, di dalam paru-paru masih ada udara. Sisa udara ini disebut udara residu. Bila nafas dikeluarkan secara biasa, maka paru-paru masih mengandung udara dan disebut udara cadangan. Bila menghirup dan mengaluarkan napas secara biasa, maka ini disebut udara pernapasan. Jika kita tarik nafas dalam-dalam, selain udara pernapasan juga masih dapat dimasukkan udara lagi dan ini disebut udara komplementer.
Pada serangga sistem trakea merupakan alat untuk mengambil oksigen dari luar, mendistribusikannya ke seluruh tubuh dan mengeluarkan karbon dioksida. Udara masuk ke trakea dengan cara difusi melalui spirakel atau dibantu oleh ventilasi udara.
Sistem trakea pada belalang cukup khas seperti yang terdapat pada serangga dan serangga pada umumnya. Trakea-trakea bermula pada lubang-lubang kecil pada eksoskeleton (kerangka luar) yang disebut spirakel. Pada serangga yang lebih kecil atau kurang aktif masuknya O2 melalui sistem trakea dengan fungsi yang sederhana. Sebaiknya serangga yang berukuran beras dan aktif seperti belalang dengan gait melakukan pertukaran udara dengan trakeanya.
Kontraksi pada otot belalang memipihkan organ-organ kendur, pernapasan ini dikenal dengan pernapasan vital paru-paru dan pada titik ekspirasi maksimum kira-kira (udara residu) tetap ada di paru-paru. Untuk mengerti respirasi hewan maka kita tidak hanya memandang sifat dari alat pernapasanya saja tetapi mekanisme yang digunakan untuk mengendalikan respirasi dan adaptasi terhadap lingkungan berbeda-beda. Bersama dengan fungsi homoiostatik yang lain, respirasi hewan harus diintegrasikan dan dikoordinasikan dengan kegiatan pengendalian yang lain.

IV.      ALAT  DAN BAHAN

  1. Respirometer sederhana
  2. Neraca
  3. Belalang kecil, sedang dan besar masing-masing satu ekor.
  4. Kristal NaOH
  5. Larutan eosin
  6. Plastisin/Vaselin
  7. Kapas
  8. Pipet tetes
  9. Stopwatch

V.         CARA KERJA

  1. Membungkus kristal NaOH menggunakan kapas dan masukkan ke dalam tabung respirator.
  2. Menibang belalang yang akan dipakai untuk praktikum, kemudian masukkan belalang tersebut ke dalam tabung respirator.
  3. Memperhatikan susunan alat dan bahan pada gambar di bawah.
  4. Meletakkan respirometer pada tempat yang datar.
  5. Menutup sambungan antara pipa dengan bejana dengan menggunakan vaselin agar tidak bocor udaranya.
  6. Menutup ujung pipa kapiler dengan jari telunjuk selama 1-2 menit. Segera setelah ujung jari dilepaskan teteskan eosin secukupnya pada ujung pipa kapiler berskala dengan menggunakan pipet. Usahakan cairan eosin menutup ujung pipa kapiler.
  7. Mengamati perubahan kedudukan eosin setiap dua menit pada kapiler berskala. Menghitung jarak yang ditempuh eosin setiap dua menit.
  8. Menghitung volume oksigen yang dibutuhkan belalang dalam waktu 10 menit.
  9. Mengulang cara kerja di atas menggunakan belalang yang berbeda beratnya.

VI.          HASIL PENGAMATAN

Jarak yang Ditempuh Eosin Menit ke...
Skala yang Ditempuh Belalang (cm)
Belalang 1

Belalang 2
Belalang 3
2
0,01
0,08
0,03
4
0,01
0,13
0,03
6
0,01
0,16
0,16
8
0,05
0,27
0,25
10
0,05
0,28
0,30

VII.          PEMBAHASAN


Dalam pengamatan praktikum ini, kapas dimasukkan ke tabung specimen pada respirometer yang berisi KOH kristal, kemudian hewan percobaan yang telah ditimbang beratnya dimasukan ke dalamnya juga. Setelah itu pergerakan posisi oesin dapat diamati dan dapat dicatat. Fungsi dari NaOH kristal adalah untuk mengikat CO2 dan dapat mempercepat proses pernapasan pada belalang, sehingga Cairan eosin pada ujung respirometer dapat bergerak yang disebabkan konsumsi oksigen yang ada pada respirometer tersebut , tanpa adanya udara dari luar.
Fungsi dari Cairan eosin adalah utuk mengetahui berapa kecepatan pernapasan pada belalang (berapa banyak oksigen yang dihirup oleh belalang) sehingga kita dapat mengetahui perbedaan oksigen yang dibutuhkan oleh belalang yang beratnya berbeda.
Perbedaan jarak yang ditempuh eosin pada belalang 1, 2 dan 3 disebabkan karena belalang itu sendiri ,apabila belalang menghirup oksigen lebih banyak maka eosin akan cepat bergerak dan cepat habis, sebaliknya apabila belalang menghirup oksigen lebih sedikit maka cairan eosin akan bergerak lambat .
Dan juga cepatnya pergerakan cairan eosin dapat disebabkan oleh beberapa fakror salah satunya yaitu berat badan dari belalang, apabila badan belalang berat maka oksigen yang dibutuhkan semakin banyak yang mengakibatkan kelajuan cairan eosin lebih cepat, dan begitu pula sebaliknya apabila badan belalang ringan maka oksigen yang dibutuhkan sedikit yang mengakibatkan cairan eosin pada respirometer berjalan lambat.
Pertanyaan:
1.      Apakah tujuan digunakan NaOH dan KOH dalm percobaan?
2.      Mengapa pada percobaan terjadi perubahan kedudukan eosin?
Jelaskan!
3.      Bagaimana perubahan kedudukan eosin pada setiap percobaan?
4.      Adakah hubungan antara berat belalang dengan kebutuhan oksigen?
5.      Apa kesimpulan dari percobaan ini?
Jawab:
1.      Tujuan digunakannya NaOH dan KOH adalah untuk mengikat CO2 dan dapat mempercepat proses pernapasan pada belalang, sehingga Cairan eosin pada ujung respirometer dapat bergerak yang disebabkan konsumsi oksigen yang ada pada respirometer tersebut , tanpa adanya udara dari luar.
2.      Cairan eosin bergeser itu menandakan bahwa belalang tersebut melakukan respirasi. apabila belalang menghirup oksigen lebih banyak maka eosin akan cepat bergerak dan cepat habis, sebaliknya apabila belalang menghirup oksigen lebih sedikit maka cairan eosin akan bergerak lambat .

3.      Perubahan kedudukan eosin pada tiap-tiap belalang bervariasi, seperti yang kita lihat pada tabel dibawah ini:





Jarak yang Ditempuh Eosin Menit ke...
Skala yang Ditempuh Belalang (cm)
Belalang 1

Belalang 2
Belalang 3
2
0,01
0,08
0,03
4
0,01
0,13
0,03
6
0,01
0,16
0,16
8
0,05
0,27
0,25
10
0,05
0,28
0,30
4.      Ada,  apabila belalang tidak terlalu berat maka kebutuhannya akan oksigen juga tidak terlalu banyak, saling menyesuaikan sebab sudah aktivitas pernapasan yang ditimbulkan juga ringan. Seangkan belalang yang berat tingkat kebutuhhannya akan oksigen akan tinggi sebab menyesuaikann dengan beratnya juga, karena aktivitas yang dilakukan dengan tubuhnya yang berat pasti membutuhkan oksigen yang banyak.
5.      Kesimpulan percobaan ini adalah sebagai berikut:
a.       Bahwa ketika kapas dimasukkan kristal NaOH akan mempercepat terjadinya proses respirasi pada belalang karena berfungsi untuk mengikat CO2 dan dapat mempercepat proses pernapasan pada belalang, sehingga Cairan eosin pada ujung respirometer dapat bergerak yang disebabkan konsumsi oksigen yang ada pada respirometer tersebut , tanpa adanya udara dari luar.
b.      Cairan eosin berfungsi untuk mengetahui apakah belalang melakukan respirasi atau tidakdan seberapa besar tingkat kebutuhan akan oksigen pada setiap 2 menitnya.
c.       Bahwa berat badan belalang sangat berpengaruh pada pergeseran kedudukan eosin, semakin berat badan seekor belalang maka pergeseran kedudukan eosinnya semain cepat dann sebaliknya jika berat badannya rendah maka pergeseran kedudukan eosinnya lambat.


VIII.       KESIMPULAN
1.      NaOH kristal dapat mempercepat proses pernapasan belalang pada saat di respirometer karena KOH kristal yang bersifat basa berfungsi mengikat CO2 yang dikeluarkan oleh belalang
2.    Berat badan dapat mempengaruhi respirasi : apabila berat badan belalang itu berat maka O2 yang dibutuhkan  banyak sehingga semakin cepat pernafasannya apabila dibandingkan dengan berat badan belalang yang ringan, yang membutuhkan O2 lebih sedikit sehingga semakin lambat pernapasannya.
3.    Pada saat inspirasi Otot perut (abdomen) akan berelaksasi, volume trakea normal sehingga Udara masuk.Sedangkan pada saat ekspirasi Otot perut (abdomen) akan berkontraksi, volume trakea mengecil sehingga udara keluar. 



No comments:

Post a Comment