Makalah ke-NW-an NWDI/NBDI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nahdlatul Wathan atau NW merupakan organisasi yang didirikan oleh TGKH Muhamad Zainuddin Abdul Majid yang menjadi cikal-balakal berdirnya Nahdlatul Wathan Diniah Islamiah atau NWDI dan Nahdlatul Banat Diniah Islamiah atau NBDI. lembaga-lembaga pendidikan Nahdlatul Wathan merupakan suatu bukti yang tidak terbantahkan akan peran serta organisasi ini dalam ikut serta mewujudkan tujuan kehidupan berbangsa dan bernegara sebagaimana termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara matematis berapa banyak anak bangsa yang dapat dicerdaskan oleh oragnisasi Nahdlatul Wathan setiap tahun. Bila dirata-ratakan setiap jenjang/jenis lembaga pendidikan Nahdlatul Wathan dapat menamatkan 40 orang anak didik setiap tahun maka akan ditemukan angka anak bangsa yang dapat ditamatkan dalam satu tahun sekitar 36.080 (tiga puluh enam ribu delapan puluh) orang siswa. Sungguh jumlah yang sangat pantastis. Banyak juga lembaga pendidikan NW yang dapat menamatkan siswa lebih dari seratus orang pada tiap tahun pelajaran. Untuk itulah, kita sebagai mahasiswa yang mengenyam pendidikan di lembaga pendidikan Nahdlatul Wathan ini sudah sepantasnya kita tahu sejarah berdirinya NWDI dan NBDI.
B. Rumusan Masalah
adapun rumusan masalah pada makalah ini; bagaimana dinamika perjalanan Madrasah NWDI dan NBDI.
C. Tujuan Penulisan
tujuan penulisan makalah ini agar pembaca mengetahui dinamika perjalanan Madrasah NWDI dan NBDI.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Nahdlatul Wathan Diniah Islamiah (NWDI)
Sebelum mendirikan orgaanisasi Nahdlatul Wathan TGKH Muhamad Zainuddin Abdul Majid mendirika pesantren Al Mujahidin yang kemudian menjadi Madrasah Nahdatul Wathan Diniah Islamiah(NWDI). Pesanteren Al- Mujahidin bliau dirikan dikampung bermi pancor pada tahun 1934, tiga bulan setelah beliau kembali dari tanah Suci Makkah pendirian pesanteren ini didorong oleh keinginan beliau untuk memajukan masyarakat khususnya dipulau lomok yang pad masa itu masih berada dalam kebodohan dan keterbelakangan akibat dari tekanan pemerintah kolonial belanda yang sudah lama menjajah bangsa indonesia. Menurut beliau untuk mengangat harkat dan martabat ummat islam maka di perlukan maka di perlukan adanya lembaga pendidikan sebagai tmpat mereka di didik dan di ajar sebagai ilmu pengetahuan sebagai bekal untuk meraih kebahagiaan hidup di dunia dan di ahirat.
Kemajuan yang di capai oleh pesantren ini menyulut kemarahan orang-orang yang hasad dan takut kehilangan pengaruh. Mereka mnyebarkan berbagai fitnah sehingga tidak sedikit wali santri yang mencabut anaknya sehingga santri pesantren Al-mujahidin tinggal 50 orang. Bahkan sesudah bliau berencana dan bertekad untuk mendirikan madrasah sebagai kelanjutan pesantren Al-mujahidin para pemuka desa pancor memberhentikan beliau sebagai imam dan khatib di masjid pancor sehingga terpaksalah beliau jum’atan ke labuhan haji selama kurang lebih 3 tahun. Namun demikian, TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid sedikitpun tidak mundur dari perjuangan. Semua fitnahan dan hasutan tersebut di jadikan sebagai pendorong untuk lebih aktif mewujudkan cita-citanya memajukan ummat islam melalui pendidikan. Sehingga pada tanggal 15 jumadil ahir 1356 H/22Agustus 1937 M Madrasah Nahdatul Wathan Diniyah Islamiyah yang di singkat NWDI secara resmi berdiri. Hari lahir madrasah NWDI ini setiap tahun di peringati oleh warga nahdlatul wathan yang di kenal dengan HULTAH NWDI. Madrasah NWDI, khusus mendidik kaum laki-laki.Waktu belajarnya dari pukul 07.30-13.00 WITA.
Semua mata pelajaran yang di ajarkan di Madrasa NWDI adalah pelajaran agama, antara lain:
1. membaca al-Qur’an.
2. Tajwid.
3. Tafsir.
4. Ushul Tafsir.
5. Hadits.
6. Musthalahul hadits.
7. Tauhid.
8. Fiqih.
9. Ushul Fiqih.
10. Tashawuf.
11. Tarikh.
Ilmu-ilmu bahasa arab seperti: Nahwu Syaraf, Balagah, ’Arud, ilmu falak dan lain-lain.
Madrasah NWDI menamatkan angkatan pertama pada tahin 1941.
Sebagai ungkapan rasa syukur atas keberadaan Madarsah NWDI, Maulana Syaikh selaku pendiri NWDI mentradisikan untuk merayakan peringatan HULTAH NWDI. Peringatan HULTAH NWDI, di samping dimaksudkan sebagai eksperesi kesyukuran, juga sebagai media silaturrahmi nasional warga Nahdlatul Wathan karena pada setip kali HULTAH NWDI dirayakan maka jamaah Nahdlatul Wathan dari berbagai daerah di Nusantara akan berdatangan untuk menghadiri puncak perayaan HULTAH. Di samping sebagai media evaluasi dan refitalisasi program dan kegiatan organisasi Nahdlatul Wathan selama satu tahun berjalan.
B. Nahdlatul Banat Diniah Islamiah (NBDI)
Untuk mengembangkan madrasah yang telah Beliau dirikan sebelumnya yaitu Nahdlatul Wathan Diniah Islamiah (NWDI). Yang telah menamatkan angkatan pertama pada tahun 1941. Beliau mendirikan madrasah khusus untuk wanita yaitu Madrasah Nahdlatul Banat Diniah Islamiah (NBDI) yang waktu belajarnya dilaksanakan setelah waktu belajar NWI yakni dari pukul 13.30-17.00 WITA. Pada tanggal 15 Rab’ul Akhir 1362 H. yang bertepatan dengan tanggal 12 April 1943 M. Adapun yang melatar belakangi pendirian madrasah NBDI itu sendiri, oleh Maulana Syekh yakni dengan pada satu prinsip bahwa pendidikan bagi kaum wanita sangatlah penting karena kaum wanita adalah ‘imadul bilad(tiang negara). Artinya, kalau kaum wanitanya baik, maka baiklah suatu Negara dan begitu juga sebaliknya.
Adapun mata pelajaran yang diajarkan di madrasah Nahdlatul Banat Diniah Islamiah sama dengan mata pelajaran yang di ajarkan di Madrasah NWDI dan menamatkan angkatan pertama pada tahun 1949. Perkembangan selanjutnya selain yang dilakukan oleh Beliau, diantara alumni Madrasah NWDI dan NBDI yang kembali ke kampung halamannya ada yang mendirikan madrasah cabang NWDI dan NBDI di samping mengadakan kegiatan dakwah dan sosial. Pada awal tahun 1953 Madrasah cabang NWDI dan NBDI itu sudah berjumlah 66 buah, terbesar di berbagai tempat di pulau lombok. Selanjutnya pada tanggal 15 Jumadil Ahir 1372 H (1 Maret 1953 M) di Pancor Lombok Timur Nusa Tenggara Barat, TGKH.Muhammad Zainuddin Abdul Majid mendirikan Organisasi Nahdlatul Wathan.
C. Perkembangan Madrasah NWDI dan NBDI
Dalam perkembangan selanjutnya, selain yang dilakukan oleh TGKH.Muhammad Zainuddin Abdul Majid, diantara alumni Madrasah NWDI dan NBDI yang kembali ke kampung halamannya ada yang mendirikan madrasah cabang NWDI dan NBDI di samping mengadakan kegiatan dakwah dan sosial.
Alumni-alumni Madrasah NWDI/NBDI senantiasa memiliki dua peran vital, yakni perpaduan antara peran sinergis antara intelektualisme di satu sisi dan aktivisme di sisi lain. Mereka berusaha mengembangkan cabang-cabang Madrasah NWDI/NBDI di berbagai tempat di pulau Lombok maupun di berbagai daerah diIndonesia seperti Sumbawa, NTT, Bali, Jawa Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta, Riau, Sulawesi, Kalimantan, bahkan sampai ke mancanegara seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan lain sebagainya.
Hingga tahun 1945 tercatat sebanyak sembilan buah cabang Madrasah NWDI di Pulau Lombik, antara lain;
1. Madrasah as-Sa’adah di Kelayu, Lombok Timur 1942,
2. Madrasah Nurul Yaqin di Praya, Lombik Tengah 1942,
3. Madrasah Nurul Iman di Mamben, Lombik timur 1943,
4. Madrasah Shirathal Mustaqim di Rempung, Lombok Timur 1943,
5. Msdrasah Hidayah al-Islam di Masbagik 1943,
6. Madrasah Nurul Iman di Sakra, Lombok Timur 1944,
7. Madrasah Nurul Wathan Embung Papak, Lombok Timur 1944,
8. Madrasah Tarbiyah Islam di Wanasaba, Lombok Timur 1944,
9. Madrasah Far’iyah di Pringgasela, Lombok Timur 1945.
Adapun cabang NBDI antara lain;
1. Madrasah Sullam al-Banat di Sakra,
2. Madrasah al-Banat di Wanasaba,
3. Madrasah Sa’adah al-Banat di Praya,
4. Madrsah Tanbib al-Muslimat di Praya.
Dengan berdirinya Madrasah NWDI/NBDI di Pancor khususnya dan di Lombok pada umumnya, sejak tahun 1937 telah mencatat sejarah baru dalam perkembangan pendidikan di Lombok khususnya dan NTB umumnya.
Setelah posisi kedua madrasah induk itu semakin mantap, ditambah lagi dengan berkembangnya cabang-cabang di berbagai daerah, maka Madrasah NWDI dan Madrasah NBDI melakukan upaya-upaya pengembaangan konstuktif dalam bidang kurikulum, jenjang dan jenis madrasah sesuai perkembangan zaman.
Pada mulanya, semua kurikulum dan jenjang madrasah disesuaikan dengan sistem yang berlaku di Madrasah ash-Shaulatiyah di Makkah. Namun pada tahun 1951, tingkat tahdiriyah ala Makkah itu direformulasi menjadi ibtidaiyah ala Indonesia yang menempuh waktu belajar selama enam tahun dengan komposisi 60% pengetahuan agama dan 40% pengetahuan umum. Sebagai kelanjutannya, pada november 1952 dibuka Sekolah Menengah Islam(SMI) dengan lama belajar tiga tahun.pada tahun yang sama dibuka Madrasah Mu’allimin dan Mu’allimat empat tahun, dan Pendidikan Guru Agama Pertama(PGAP).
Pada tahun selanjutnya 1955/1956 dibuka Madrasah Mu’allimin dan Mu’allimat enam tahun yang merupakan perubahan dari Madrasah NWDI dan NBDI. Dan dua tahun kemudian , tahun 1959 diresmikan berdirinya Madrasah Menengah Atas(MMA), Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah dan Pendidikan Guru Agama Lengkap(PGAL).
Perkembangan selanjutnya ditandai dengan dibuknya Lembaga Pendidikan Tinggi yang dimulai pada tahun 1964 dengan didirikannya Akademik Pedagogik Nahdlatun Wathan. Pada tahun 1965 dibuka Ma’had Darul Qur’an wal Hadits al-Majidiyaha asy-Syafi’iyah Nahdlatul Wathan untuk pria dan Ma’had li al-Banat untuk wanita yang dibuka tahun 1974. Dan pada tahun 1977 membuka Universitas HAMZANWADI.
Universitas HAMZANWADI pada mulanya hanya membuka dua fakultas, yakni Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Ilmu Pendidikan. Selanjutnya Fakultas Ilmu Pendidikan dirubah menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan(STKIP) HAMZANWADI dan Fakultas Tarbiyah dirubah menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah(STIT). Dan pada tahun 1981 dibuka Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah(STIS) dan tahun 1987 dibuka Sekolah Tinggi Ilmu Hukum(STIH).
Disamping pendidikn tinggi, pada tahun 1974 mulai dibuka pendidikan umum seperti SMP,SMA, SMK dan Sekolah Pendidikan Guru(SPG)
Satu ciri khas pendidikan di lingkungan Nahdlatul Wathan, disamping menggunakan kurikulaum agama sesuai kebijakan pemerintah, juga diberi pengetahuan agama yang bersumber dari kitab-kitab karangan Imam Syafi’i yang sesuai dengan Anggaran Dasar bahwa Nahdlatul Wathan menganut Mazhab Syaafi’i. disamping itu juga diberikan materi ke-Nahdlatul Wathan-an(ke-NW-an) sebagai suatu materi tersendiri di lingkungan Nahdlatul Wathan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendirian madrasah NWDI/NBDI ini diinspirasi dengan kondisi masyarakat Lombok pada saat itu yang masih sangat minim pengetahuan dan pemahaman tentang ajaran-ajaran agama. Di samping itu, juga dimotivasi dengan sistem pembelajaran yang beliau ikuti selama menimba ilmu di Madrasah Sholatiyah yang menggunakan sistem klasikal dalam pembelajaran. Menurut beliau, untuk mempercepat dan mengintensipkan pembelajaran agama secara terfokus dan terprogram maka pendekatan pembelajaran dengan sistem klasikal menjadi sangat penting.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. H. Ahmad Abdul Syakur, M.A. Islam Dan Kebudayaan (Akulturasi Nilai-Nilai Islam dalam Budaya Sasak). 2006. Penerbit Adab Press
http://www.pelita.or.id/baca.php?id=76508
http://younk-younk.blogspot.co.id/2011/08/makalah-ke-nw-anpendirian-organisasi.html
(y)
ReplyDelete